Rasanya baru beberapa hari semenjak tidak update tentang persoalan keamanan siber duniawi, namun seakan-akan rasanya sudah lama sekali. Bagaimana tidak, dalam kurun waktu 10 hari terakhir, banyak sekali kejadian di berbagai belahan dunia yang memengaruhi keadaan global maupun Indonesia. Salah satunya adalah perang Iran-Israel. Saya pun meminta beberapa GPT Model untuk merangkum kejadian-kejadian ancaman siber dan menelisik imbasnya ke Indonesia. Termasuk merenungkan kembali, apakah Indonesia siap? Apakah saya pribadi siap?
Perang Iran-Israel
Perang Iran–Israel merupakan konflik bersenjata besar yang mulai berlangsung pada 13 Juni 2025, ketika Israel melancarkan serangan udara dan operasi-intelijen luas yang diberi sandi Operasi Rising Lion. Itulah yang dikatakan di Wikipedia dengan judul yang sama dengan heading tulisan ini. Kalau saya minta ChatGPT untuk membuatkan timeline, seperti inilah jawabannya. Mohon dikoreksi jika ada kesalahan.
Tanggal | Peristiwa |
---|---|
13 Jun | Serangan Israel ke fasilitas nuklir Iran |
14–16 Jun | Balasan rudal/drone Iran; korban dari kedua pihak |
16–19 Jun | Serangan siber, evakuasi warga asing, sabotase rumah sakit |
21 Jun | AS ikut menyerang fasilitas nuklir Iran |
22 Jun | Konflik berubah menjadi perang terbuka siber & fisik |
Dari timeline tersebut, keingintahuan saya tertuju pada serangan ke fasilitas nuklir dan balasan drone. Juga menyebutkan di 16-19 Juni ada peristiwa serangan siber dan sabotase rumah sakit. Ketika membaca kalimat yang menyebut fasilitas nuklir Iran, saya langsung teringat peristiwa Stuxnet. Terlihat bahwa teknologi dan keamanan siber memainkan peranan penting pada peristiwa perang ini. Catatan kaki atau referensi di artikel Wikipedia merujuk sebut berita dari AP News yang membahas mengenai penggunaan AI dan drone.

Penggunaan drone tentunya sudah bukan hal yang baru lagi. Drone juga dikembangkan guna kepentingan peperangan seperti yang terjadi sekarang. Bahkan, peristiwa-peristiwa dahulu juga sudah menggunakan drone. Misalnya pada Perang Rusia-Ukraina. Kalau kita buka berita dari BBC tersebut, kejadian penggunaan drone tersebut masih dalam bulan yang sama pada saat tulisan ini dibuat, yakni Juni 2025. Tepatnya pada 1 Juni, lebih dari 100 drone milik Ukraina menyerang pangkalan udara yang berada di wilayah Rusia, dengan sasaran utama pesawat-pesawat pengebom jarak jauh yang dapat membawa hulu ledak nuklir.
Anti-Drones
Biasanya, jika ada sebuah teknologi, maka ada pula “anti-“ dari teknologi tersebut. Apabila ada drone, maka ada pula anti-drone. Anti-drone adalah sistem atau teknologi yang dirancang untuk mendeteksi, melacak, mengganggu, atau menghancurkan drone (UAV) musuh yang mengancam wilayah atau infrastruktur. Sistem ini penting dalam peperangan modern. Jika rekan-rekan penasaran, bisa Googling saja tentang anti-drone atau langsung cek di pustaka riset. Misal ketika saya cari di ResearchGate, maka muncul beberapa tulisan seperti:
- Anti-Noise and Anti-Airflow Sound Source Tracking System for Drones
- DroneSilient (drone + resilient): an anti-drone system
- Nation’s Defense: A Comprehensive Review of Anti-Drone Systems and Strategies
- Modeling of strike drone missions for conducting wave attacks in conditions of enemy anti-drone actions
- Disain Jammer Anti-Drone Berbentu Antena Omni-Direction
- Anti-Drone Protection using Universal Frame Masks
Benar, teknologi anti-drone pun bukanlah hal yang baru. Saya meminta ChatGPT untuk merangkum tentang teknologi ini. Jadi, mohon koreksi jika ada kekeliruan.
Kategori | Penjelasan | Contoh |
---|---|---|
1. Deteksi & Pelacakan | Radar, akustik, visual, dan radio frequency scanner untuk mengenali drone | Dedrone RF-100, AUDS |
2. Jamming / Interference | Mengganggu sinyal navigasi GPS atau komunikasi drone | DroneShield, SkyJam |
3. Spoofing / Hijacking | Mengambil alih kendali drone dengan sinyal palsu | CyberDome, SkyJack |
4. Kinetic (fisik) | Menembak drone dengan senjata, peluru, atau laser | Rheinmetall Skynex, Iron Beam (Israel) |
5. Netting / Capture | Menggunakan jaring dari drone atau senjata khusus untuk menangkap UAV | DroneCatcher, SkyWall |
Dengan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang, tentu bukanlah tidak mungkin untuk menciptakan anti-drone berbasis AI (mengenali pola penerbangan), laser dan microwave sebagai alternatif senjata murah, dan jaringan pertahanan drone vs drone (UAV melawan UAV).
Pembajakan Kamera
Selain penggunaan drone, ancaman siber juga berdampak ke kamera jalanan atau CCTV. Dalam berita Bloomberg berjudul “Israeli Officials Warn Iran Is Hijacking Security Cameras to Spy“, dikatakan bahwa Iran menyadap kamera keamanan pribadi di Israel untuk mengumpulkan informasi intelijen terkini tentang musuhnya, taktik yang juga digunakan oleh Hamas dan Rusia dalam konflik lainnya.
Seorang juru bicara Direktorat Siber Nasional Israel (Israel National Cyber Directorate) mengonfirmasi bahwa kamera yang terhubung ke internet semakin menjadi sasaran perencanaan perang Iran. “Kami telah melihat berbagai upaya selama perang, dan upaya tersebut kini tengah diperbarui,” kata juru bicara tersebut pada hari Senin. Foto-foto lokasi serangan di Israel, meskipun beredar di media sosial, secara resmi diblokir. Para ahli memperingatkan bahwa konsumen harus memprioritaskan fitur keamanan saat membeli kamera dan menyadari bahwa kamera tersebut mungkin memberikan akses yang tidak diinginkan ke informasi sensitif. Ini menjadi implikasi bahwa keamanan siber pribadi kini menjadi bagian dari pertahanan nasional.
Insiden Kebocoran Data Skala Besar
Kita beralih dari pembahasan ancaman siber di dalam perang, mari kita coba bahas penerapan keamanan siber dalam kehidupan sehari-hari. Ada konten mengatakan bahwa 16 miliar data login (username dan password) dari stealer dan pelanggaran lama ditemukan bocor online. Para ahli mengimbau segera ganti kata sandi, pakai manajer kata sandi, dan aktifkan MFA.
Internet Blackout di Iran
Pemerintah Iran, melalui SNSC dan Kementerian Komunikasi (MICT), memutus akses internet secara nasional pada 17–18 Juni 2025, menyebabkan penggunaan internet turun hingga 97%. Dikatakan sebagai langkah untuk melindungi terhadap serangan siber Israel, termasuk gangguan terhadap infrastruktur seperti Bank Sepah dan bursa kripto Nobitex, serta mencegah penyebaran informasi ala militer lawan.
Jika Terjadi di Negara Kita, Apakah Indonesia Siap?
Dari seluruh pembahasan sebelumnya—mulai dari perang Israel–Iran, pemadaman internet nasional di Iran, serangan siber global, hingga ancaman drone dan kamera yang dibajak—berikut adalah analisis dampaknya terhadap Indonesia dan langkah pencegahannya:
1. Risiko Tertular Serangan Siber Global
- Infostealer, ransomware, dan botnet yang berkembang di konflik global berpotensi masuk ke sistem Indonesia (pemerintah, keuangan, BUMN).
- Indonesia termasuk target aktif ransomware di sektor keuangan dan pemerintahan.
2. Kerapuhan Infrastruktur Digital & Keuangan
- Serangan atau pemadaman internet bisa membekukan transaksi digital (QRIS, e-wallet, dan mobile banking).
- Layanan publik (BPJS, e-KTP, rumah sakit) bisa lumpuh.
- Kejadian-kejadian tersebut memicu panik sosial karena hilangnya akses informasi.
3. Ancaman Manipulasi Informasi & Keamanan Pribadi
- Risiko kamera rumah, IoT, dan aplikasi sosial disusupi untuk pengintaian oleh peretas.
- Aktor APT bisa menyasar warga Indonesia untuk kampanye pengaruh, pemetaan, atau serangan siber politik.
Indonesia tidak boleh merasa aman meski berada jauh dari pusat konflik. Di era perang modern, ancaman digital, siber, dan pengaruh informasi bisa menyebar lintas batas dan berdampak langsung ke stabilitas nasional—baik ekonomi, sosial, maupun keamanan. Beberapa mitigasi yang harus diterapkan adalah:
1. Penguatan Sistem & Kebijakan Siber Nasional
- Tingkatkan kemampuan deteksi dini melalui SOC (Security Operation Center) nasional dan di sektor strategis (keuangan, perbankan, dan energi).
- Perkuat koordinasi antara BSSN, Komdigi, dan TNI untuk mitigasi serangan cyber hybrid.
2. Cadangan Komunikasi & Infrastruktur
- Intranet Nasional Mandiri (untuk layanan dasar: perbankan dan bantuan).
- Penggunaan jaringan satelit atau topologi mesh network sebagai backup untuk menjaga konektivitas saat terjadi internet shutdown.
- Edukasi masyarakat tentang komunikasi offline (radio darurat dan hotspot komunitas).
3. Pertahanan Terhadap Drone dan IoT
- Terapkan standar keamanan untuk perangkat CCTV & IoT (password kuat, firmware update, matikan cloud default).
- Perlu teknologi anti-drone sederhana di obyek vital nasional, termasuk kantor pemerintahan dan PLTN/PLTU.
4. Pendidikan & Kesadaran Masyarakat
- Melakukan kampanye publik, seperti “Internet Aman adalah Tanggung Jawab Bersama”.
- Baca tulisan di Kamsib.
Pencegahan terbaik adalah kesiapan nasional yang terintegrasi, cerdas, dan cepat—bukan hanya pada level teknis, tapi juga sosial dan kebijakan publik.